Saya cukup percaya diri untuk menjawab pertanyaan ini. Maaf bukan bermaksud sombong.
Saya akui saya memang tidak cantik, apa buktinya?
- Hingga saat ini, belum ada laki-laki yang menyatakan rasa suka ke saya (apalagi cinta?). Saat masih "labil" dulu, saya bahkan pernah putus asa sambil bilang, "Di dunia mungkin nggak bakal ada yang mau sama saya, mungkin jodoh saya di akhirat".
- Sejak teman-teman saya mulai cinta-cintaan di SMP - SMA, hampir semua cewek di kelas digoda oleh cowok, entah teman sekelas atau kating. Tapi saya tidak pernah mengalaminya.
- Saya selalu bisa bersahabat dengan laki-laki secara normal, sebagian besar laki-laki menganggap saya setara dengan mereka, dan bisa mengikuti apa yang mereka bicarakan. Tidak ada teman saya yang tersipu malu saat saya goda, mereka menganggap saya tidak serius
- Saat SMA, saya pernah dengar teman-teman cowok saya membicarakan saya, dan menyebut saya "jelek".
- Saat kuliah dan berorganisasi, saya menyaksikan bagaimana teman-teman saya digoda senior, ditawari bantuan ini-itu, dimanja-manja. Tapi saya? Tentu saja tidak.
- Sampai usia hampir 23 ini, setidaknya ada 2 - 3 laki-laki yang berkata ke saya "Aku nggak bisa lihat kamu sebagai cewek, Re."
- Orangtua dan teman-teman saya sejak SMA menyebut saya kelihatan "lebih tua" dari usia saya.
- Ada laki-laki yang pernah bilang begini ke saya "Kamu kenapa kelihatan malu-malu gitu, Re? Aku lho nggak suka sama kamu." Ini dia udah ngelunjak banget. Hanya karena saya berbuat baik ke dia, dia mengira saya suka ke dia, dan memberikan penolakan halus. Padahal saya nggak ada maksud apa-apa (dan waktu itu saya emang pemalu, nggak berani memandang laki-laki pas lagi ngobrol, tapi sekarang sudah tidak).
Itulah kenyataannya. Ya, saya akui saya tidak cantik secara fisik. Tapi kalau soal mental dan pemikiran? Saya akui saya cantik, cantik banget malah, sorry to say, karena:
- Sejak kecil, saya belajar lebih banyak dari orang lain. Oleh karena itu, saya sudah punya "misi" sejak kelas empat SD. Sejak umur 10 atau 11 tahun, saya sudah tahu apa yang akan saya lakukan di masa depan, dan sampai sekarang masih memegang grand goal itu (meski belum tercapai)
- Saat teman-teman cewek saya sibuk kejar-kejaran dengan cowok, saya fokus berprestasi. Saat SMA, saya mungkin bukan anak paling cerdas di Indonesia waktu itu, tapi saya berulangkali bersaing dengan anak-anak di tingkat provinsi. Padahal saya berasal dari SMA yang isinya mayoritas preman.
- Saat teman-teman saya baru belajar pakai bedak, gincu, gonta-ganti pacar, saya sudah mempelajari ilmu rumah tangga dengan baik. Sejak kelas 6 SD, saya sudah ahli mencuci, membersihkan popok untuk dipakai lagi, mencuci perkakas dapur sampai kinclong, menimba air sumur, menyapu-mengepel rumah sampai bersih, menggendong dan mengurus bayi, menyedot ingus, dll.
- Saat teman-teman kuliah saya datang ke kampus dengan wajah nan cantik dan kinclong, sering ganti baju baru, mengikuti tren, nongkrong di tempat beken, saya akui tidak bisa menyamai mereka. Sebaliknya saya sibuk organisasi, mengurus keluarga, membuka kursus di rumah, dan kerja freelance.
- Saya membeli make-up pertama saya dengan uang hasil keringat sendiri
Itulah. Maaf sekali lagi, bukan bermaksud sombong. Tapi dear ladies, kamu harus bisa menemukan cara untuk menganggap dirimu jauh lebih berharga dari stigma orang-orang.
Saya tahu, di luar sana masih banyak wanita yang mengalami apa yang saya rasakan. Bahkan banyak juga wanita yang sudah cantik, tapi masih insecure gara-gara diselingkuhi, di-PHP, atau disebut "kurang cantik" sama laki-laki.
Come on, sis. Laki-laki emang makhluk visual, but you don't have the responsibility to fulfill all of their lusts.
Hiduplah untuk dirimu sendiri. Jangan patahkan karaktermu buat manusia biasa seperti mereka.
Laki-laki selingkuh gara-gara kamu kurang cantik? Bukan. Itu gara-gara mereka pikirannya terlalu cetek. Mereka bakal terus selingkuh kalau nemu perempuan yang lebih cantik.
Laki-laki nggak mau menikah sama kamu gara-gara kamu nggak cantik? Bukan. Itu gara-gara mereka salah nangkap konsep "pernikahan". Laki-laki yang seperti itu nggak akan bisa bikin kamu bahagia.
Nggak ada laki-laki di dunia yang suka sama kamu gara-gara kamu jelek? It's OKAY! Itu artinya kamu memang bisa berdiri sendiri. Kamu punya kekuatan yang cukup untuk membahagiakan dirimu sendiri.
Normal memang laki-laki punya pandangan seperti itu. Wanita normal sebenarnya juga iya, suka lihat laki-laki ganteng.
Tapi memangnya enak jadi "normal"? Jadi "biasa-biasa aja?"
Cantik fisik itu biasa, sis, yang luar biasa itu cantik mental dan karakter. Ganteng fisik itu biasa juga, yang luar biasa itu ganteng mental dan karakter.
Kalau kamu merasa jelek secara fisik, coba gali sisi lain dari dirimu. Entah itu mental, karakter, kecerdasan, prinsip hidup, dll. Kalau sudah ketemu, silakan "dandani" baik-baik kecantikan yang kamu temukan. Furnish it until it shines so brightly.
Siapa tahu nantinya, kamu akan bertemu laki-laki "luar biasa" yang memahami ke-"luar biasa"-anmu? Laki-laki yang paham kalau ada hal-hal yang lebih berharga daripada fisik?
Kalau pun sampai akhir nggak ketemu, ya udah. Berarti kamu memang ditakdirkan untuk membahagiakan diri sendiri.
Kalau mau berusaha mempercantik diri, silakan saja, itu hak kamu. Tapi jangan pernah melakukannya untuk memuaskan laki-laki.
Karena laki-laki "biasa" nggak akan pernah puas. Laki-laki normal akan memandangmu sama dengan perempuan lain.
Tapi laki-laki yang "luar biasa" nggak akan pernah berubah. Mau kamu makin jelek atau makin cantik, mereka tetap memandang kamu seperti kamu yang asli, kamu yang seutuhnya.
Don't let the world define you, your definition only needs to resonate with yourself - Abaida Mahmood
Ada laki-laki yang berargumen mereka berhak memilih perempuan untuk jadi pendamping hidup? FINE! Cewek juga berhak memilih siapa laki-laki yang menerima segenap cinta dan pengadiannya!
Sekian,
Sekali lagi maaf, saya tidak bermaksud sombong. Saya cuma mau menyemangati teman-teman ladies sekalian yang terus merasa "kurang sempurna".
Trust me, you're all perfect, you're all fine, despite what people say about your faces or bodies.
Sumber: Quora (Indonesia)